Selasa, 30 November 2010

Syahid... Ya ALLAH Matilah Kami Shahid di Jalan Mu

Syahid
 
Ulama berbeza pendapat dalam memberi pengertian syahid.  Ada yang mengatakan syahid adalah kerana dia disaksikan/diperlihatkan kepadanya jannah (syurga). Dikatakan juga bahawa sebab dinamakan syahid adalah kerana roh-roh mereka menyaksikan jannah dan berada di Dar al-Salam (syurga) dan mereka hidup di sisi Tuhan mereka. Jadi syahid di sini bererti saksi dan juga hadir (berada) di jannah. Imam al-Qurtubi berkata,” Inilah pendapat yang benar”.

Antara pengertian syahid yang lebih tepat menurut Abu Ibrahim al-Mishri ialah, “Kerana dia memiliki saksi (syahid) atas kematiannya. Saksi itu ialah darahnya sendiri kerana pada hari Qiamat kelak, dia akan dibangkitkan oleh Allah dengan lukanya yang mengalir darah”.

Syahid itu pula, dapat dibahagikan kepada tiga jenis:

1. Syahid dunia akhirat.
2. Syahid dunia.
3. Syahid akhirat.

Ya ALLAH Matilah Kami Shahid di Jalan Mu
Syahid dunia akhirat.
 Orang yang terbunuh semasa berperang di jalan Allah dengan ikhlas dan tidak memiliki unsure riak dan tidak juga berbuat  ghulul  (khianat seperti mencuri harta rampasan perang). Ini merupakan syahid yang sempurna dan paling utama. Baginya, pahala disisi Allah yang Maha Agung. Soal niat ikhlas atau tidak, hanya Allah yang Maha Mengetahui. Manusia hanya menghukum secara zahir bahawa dia mati terbunuh di jalan Allah, maka dia layak sebagai syahid. Jenazahnya tidak perlu dimandikan, dikafankan  dan tidak perlu disolatkan, Cuma hanya dikuburkan lengkap dengan pakaian ketika dia terbunuh syahid.

Syahid dunia.
Orang yang terbunuh ketika berperang tetapi tidak ikhlas kerana Allah dan bukan untuk menegakkan kalimah Allah. Soal niatnya, manusia selain dirinya tidak ada yang tahu tetapi ketika jasadnya ditemui terbunuh ketika berperang melawan kafir, maka dia layak dikategorikan sebagai syahid.

Untuk syahid jenis pertama dan kedua ini, terdapat beberapa pendapat al-ahnaf (Hanafiyyah) mereka tidak perlu dimandikan, tidak dikafankan tetapi disolatkan. Menurut Hanabilah (pengikut mazhab Hanbali) mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan dan tidak disolatkan. Manakala, menurut syafi’iyyah pula, mereka tidak dimandikan, tidak dikafankan, dan tidak pula disolatkan.

Syahid akhirat.
Orang yang mati kerana lemas, terbakar, bersalin, sakin taun, sakit perut dan lain-lain. Orang yang termasuk kategori ini dimandikan, dikafankan, dan disolatkan.

Diceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, diceritakan kepada kami, Malik daripada Sumyyin daripada Abu Hurairah r.a, bahawa Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Syuhada itu ada lima, iaitu orang yang mati terkena demam campak, oarng yang mati kerana sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati tertimpa runtuhan, dan orang yang syahid di jalan Allah”. (Riwayat al-Bukhari, no. 2617)

Mati syahid adalah impian setiap jiwa orang yang beriman. Rasulullah s.a.w bersabda yang bermaksud: “Sesiapa memohon syahadah (mati dalam keadaan syahid) dengan bersungguh-sungguh, maka sungguh ia akan diberi pahala seperti pahala mati syahid walaupun dia tidak syahid”. (Riwayat Muslim no. 3531)

Adakah kita sudah memiliki cita-cita dan membuat persediaan untuk bergelar syuhada?

Jawapan ana, semangat jihad perang(revolusi) terus menyala!

Ya ALLAH Matilah Kami Shahid di Jalan Mu

Sumber: http://www.facebook.com/#!/notes/sunnah-pejuang/syahid/173466802671116

Jumaat, 26 November 2010

Nasib Melayu Muslim di Selatan Siam

Nasib Melayu Muslim di Selatan Siam

Thailand selatan memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang unik, berbeda dengan bagian Thailand lainnya. Sebelum abad 15, Province Pattani, Yala, Narathiwat, dan Satun berada di bawah naungan Kesultanan Patani yang diperebutkan oleh Kerajaan Siam di utara dan Kesultanan Malaka di selatan. Walau secara budaya dekat dengan Malaka, namun secara politik Patani di bawah pengaruh Siam.

Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada 1511, membuat Patani harus menyerahkan bunga emas kepada Siam agar wilayahnya tidak diganggu. Namun simbol penyerahan upeti ini dianggap Siam sebagai penyerahan kedaulatan. Lemahnya Siam, terlebih setelah diserbu oleh pasukan Burma membuat Patani kemudian tak lagi menyerahkan upeti.

Tahun 1902 Patani bersama Kedah, Perlis, Kelantan, dan Trengganu resmi di bawah kekuasaan Siam. Perjanjian Siam-Inggris tahun 1909, memaksa Siam menyerahkan semua daerah di atas kepada Inggris kecuali Patani. Tahun 1933 Siam membagi Patani menjadi tiga province, Narathiwat, Pattani dan Yala.

Hingga saat ini, 80 persen (sekitar 2,6 juta) penduduk ketiga province ini menganut agama Islam, berbudaya dan berpakaian melayu, dan menggunakan bahasa melayu Jawi sebagai bahasa ibu. Hanya sedikit yang bisa menulis dan membaca dalam bahasa Thailand, walau mereka memahami bahasa Thailand. Sementara bureaucrat yang memegang pemerintahan di sana adalah orang Budha-Thailand yang tak memahami bahasa Jawi.

Perbedaan budaya dan kurangnya pemahaman pemerintah pusat pada daerah ini membuat ketiga province islam ini semakin ter-isolation. Apalagi pemerintah Thailand menerapkan banyak diskriminasi, mulai dari pembangunan wilayah, pendidikan, hukum hingga politik.

Untuk menghilangkan identity minority ini, pemerintah pusat memaksakan asimilasi budaya lewat sekolah pemerintah sejak tahun 1939. Di sekolah ini diajarkan bahasa Thailand dan agama budha, tanpa memperhatikan budaya setempat. Hal ini mendapat perlawanan diam-diam dari masyarakat muslim setempat dengan mendirikan sekolah tandingan seperti pondok pesantren. Di kemudian hari lulusan pondok pesantren ini banyak yang dikirim belajar ke luar negeri, seperti Arab Saudi, Universitas Al-Azhar di Mesir, Iran, belakangan bahkan Indonesia.

Awalnya para pemimpin Islam yang tidak puas mencoba menyalurkan aspirasi mereka lewat parlemen. Namun pemerintah pusat melakukan diskriminasi dengan amat membatasi jumlah politician muslim di pemerintahan. Banyak di antara mereka yang dibuang, diasingkan, atau dibunuh. Banyak lagi yang tak terdengar namanya. Hal ini menyurutkan niat politician muslim untuk menentang pemerintahan lewat undang-undang, dan memilih cara kekerasan untuk melampiaskan protes mereka.

Media massa turut berperan dalam membentuk gambaran yang buruk terhadap masyarakat Thailand selatan. Selama ini media di Bangkok frequently menggambarkan Thailand selatan sebagai tempat yang menakutkan, sarang para bandit, perompak, teroris. Orang-orang selatan digambarkan berwatak kasar dan gampang marah. Gambaran yang salah ini membuat pejabat pemerintah yang dikirim untuk memerintah di selatan menjadi tidak enthusiastic dan antipathy terhadap masyarakat yang mereka pimpin. Akibatnya semakin memicu kebencian antara masyarakat setempat terhadap pemerintah.

Pemberontakan yang dilakukan gerilyawan muslim pada awalnya adalah installation polis dan militer, sekolah, dan simbol pemerintahan. Karena sulit mengetahui dalang pemberontak, pemerintah kemudian asal tangkap. Mereka menangkapi orang-orang yang tak bersalah, menyiksa, lalu membunuh mereka.


Pembunuhan Terhadap Melayu Muslim di Selatan Thai Masih Berterusan.
Pembunuhan Terhadap Melayu Muslim di Selatan Thai Masih Berterusan.

Berdasarkan laporan Asian Human Rights Commission di bulan Oktober 2006, guerrillas yang ditangkap militer disiksa dengan sangat kejam. Alat kelamin mereka dibakar dengan rokok, lutut dihantam botol bir, dan mereka dibiarkan lari dikejar anjing. Serupa dengan penyiksaan tawanan iran oleh militer AS di Guan Tanamo. Hal ini bukannya memadamkan serangan gerilyawan, justru membuat mereka semakin beringas dengan meluaskan sasaran serangan yang dianggap bekerjasama dengan pemerintah.

Zachary Abuza, seorang analis terorisme yang tinggal di AS menyatakan terjadinya peningkatan serangan gerilyawan muslim, baik secara quality maupun jumlah. Di tahun 2004 misalnya, gerilyawan hanya melemparkan bom kurang dari 2 kg, tahun 2006 berat bom menjadi 4-5 kg, dan tahun 2007 mencapai 15 kg.

Menurut Abuza, guru dan sekolah dianggap sebagai agent secularism dan asimilasi islam ke budaya budha Thailand. Serangan gerilyawan juga ditujukan untuk membersihkan daerah selatan dari etnis china dan pemeluk budha. Setidaknya 15 persen dari kedua golongan di atas telah keluar dari Thailand selatan tahun ini.

Selama ini pemerintah Thailand cenderung meredam gerilyawan muslim ini demi melindungi industri pariwisata mereka. Namun peredaman dengan me-repression pejuang pembebasan Melayu Patani lewat aksi militer terbukti tak efektif. Cara negotiation lalu dipilih pemerintahan Chulanont. Terjadi perombakan dalam tubuh militer. Misalnya diangkatnya Jendral Sonthi Boonyaratglin yang muslim menjadi kepala angkatan bersenjata. Juga terjadi recruitment wanita muslim dalam polis dan militer untuk ditugaskan di garis depan, agar bisa ber-negotiation dengan penduduk setempat. Namun hal ini belum memberikan hasil yang commensurate.

Pemerintah agaknya reluctant menengok ke belakang, memahami tuntutan para pejuang sebelumnya. Ada tuntutan dasar yang sejak dulu diminta oleh warga masyarakat di selatan, diantaranya: kebebasan untuk menganut agama Islam dan berbudaya melayu tanpa harus menjalani asimilasi budaya oleh pemerintah, hak untuk menggunakan bahasa Jawi sebagai bahasa resmi daerah itu, bukan sekedar bahasa ibu.

Komisi Rekonsiliasi Nasional (NRC-National Reconciliation Commission) yang mediate pertikaian gerilyawan dan pemerintah pernah mengajukan saran yang isinya menerapkan hukum syariat Islam di Selatan Thailand, menjadikan bahasa Jawi sebagai bahasa kerja, dan menugaskan pasukan penjaga perdamaian tanpa senjata. Namun ketiga usul ini ditolak mentah-mentah karena dianggap menodai kedaulatan raja dan negara.

Kini para gerilyawan nampaknya reluctant ber-negotiation. Mereka menuntut tegas kemerdekaan bekas wilayah Kesultanan Patani. Pemerintah pun enggan menawarkan otonomi terbatas semacam kasus Aceh di Indonesia. Maka bisa dipastikan korban penduduk sipil akan terus berjatuhan.

Membaca sejarah PATANI dan mendengarkan pengakuan patah-patah Al Sayid, aku jadi bersyukur. Alangkah indahnya hidup beragama di Indonesia. Penuh tolerance. Tak ada agama minority yang dipaksa masuk majority. Semua boleh hidup dan berkembang. Andai ada conflict antar agama, biasanya pemicunya hal lain.

Senja mulai menjelang saat kuberanjak meninggalkan kompleks Masjid Ampel. Kulihat Al Sayid masih terpekur di sana. Mungkin memikirkan keluarganya di Pattani. Mungkin juga menikmati ibadahnya tanpa rasa was-was. "I can't stand to see people die everyday. I just want peace," lembut dia berkesah. Kesah yang kuharap tak hilang sia-sia dihembus angin sore.

Sumber:Sebuah Blog  Dari: Aku Orang Indonesia di Malaysia, Asal judul: Pengungsi dari Siam Selatan (2), yang terbit pada hari Monday, 1 November 2010, http://ary-amhir.blogspot.com/, telah di edit oleh Patani Fakta dan Opini.
http://www.facebook.com/#!/notes/patani-fakta-dan-opini/nasib-melayu-muslim-di-selatan-siam/169631629726892

Sabtu, 13 November 2010

فطاني سكارغ

       
بسـم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله نحمده ونسـتعينه ونعوذ بالله من شـرور أنفسـنا ومن سـيئات أعمالنا،  ومن يهد الله فلا مضل له ومن يضلله فلا هادى له ، وأشـهد أن لا اٍٍله الا الله وأشـهد أن محمدا عبده ورسـوله. اللهم لا سـهل الا ما جعلته سهلا وأنت تجعل الحزن اذا شـئت سـهلا. 
أما بعد:
سـتله مليهت أف يغ برلاكو دفطاني مولأي اول تاهون 2004 م ، أخير تاهون1424  هـ ، برلاكوث فمبونوهن يغ مغربانكن لبه دري 3000 جيوا ترديري دري تنترا ، فكاوي كراجأن سـيام ، كونجو- كونجوث دان سـجمله أومة اسـلام .

     كأدأن دان سـواسـان دفطاني سـكارغ تيدق ادا لاكي أف يغدنامكن امان دان داماي ، رعيت هيدوف دالم كسـوسـهن، كسديهن دان كتاكوتن . انق2 كجيل دبونوه أفاته لاكي اورغ ديواسـا .
     برداسـركن كفدا اف يغ برلاكو سـكارغ ، جلس دان يات بهوا دفطاني سـداغ برلاكو ففراغن ، فراغ انتارا أومة ملايو اسـلام ملاوان تنترا فنجاجه سـيام.
     تيدق انيه برلاكوث فرموسـوهن دان ففراغن اين ، كران سـتله كراجأن ملايو اسـلام فطاني جاتوه كتاغن فنجاجه بوذا سـيام فد تاهون 1785 م برفولوه كالي أومة ملايو اسـلام بغكيت، باغون مننتغ فنجاجه سـيام ، سـفرت يغبرلاكو دكامفوغ دوسـونثور، دبلوكر سـامق دان لأين2 لاكي .
      فرايسـتيوا اين اداله اوسـها2 يغدلاكوكن اوله فجواغ ملايو اسـلام فطاني اونتوق مغمباليكن تانهأير يغ منجادي حق كفويأن مريك يغ تله درمفس اوليه كرجأن كافر سـيام مستعمرين لعنة الله عليه. تافي اوسـها مريك ماسـيه بلوم دافت كإيذينن دري الله سـبحانه وتعالى.  كران ادا ببراف سـبب دان فكتور يغ مريك تيدق دافت ميمفرناكنث .  
        دانتارا لأين اياله تيدق مندافت كرجسـام يغ ميلوروه دري أومة ملايو اسـلام فطاني، مريك ماسـيه بلوم ماهو منونيكن كواجيفن  يغ مها بسردان سبسر2 فرض عين ، يأيت " جـهـاد "  جهاد ممفرتاهن دان مغمباليكن حق فرتوانن تانهأير مريك يغترجينتا .
    جهاد اداله سـاتو فرينته توهن يغ سـوكر دلقساناكن ،  سـكالي فون فارا مؤمن ماهو لقسـناكنث، كران جنجي2 توهن دان بالسـنث امت بسـر. جهاد مروفاكن سـبسـر2 فرض عين يغدفرضوكن توهن كفد همباث سلفس دري برإيمان.
     سـباكيمان رسـول الله صلى الله عليه وسـلم  برسـبدا:
"  لقيام رجل في الصف في سـبيل الله سـاعة أفضل من عبادة سـتين سـنة  "
وعن عثمان رضى الله عنه قال : سـمعت رسـول الله صلى الله عليه وسـلم يقول : " رباط يوم في سـبيل الله خير من ألف يوم فيما سـواه  " رواه الترمذى والنسـائي .
أومة اسـلام دزمان رسـول الله صلى الله عليه وسـلم  سـنتياس ممينتأ اونتوق برفراغ ، سـتله اورغ2 مشـركين ممبوات كظاليمن ترهادف مريك ، كران مريك تيدق تاهن لاكي دغن كظاليمن يغ دلاكوكن ترهادف مريك دان رسـول الله .  تافي رسـول الله صلى الله عليه وسلم تيدق مغإيذينكن مريك برفراغ كران تيدق مندافت كإيذينن دري توهن يغ مها مغتهوي.
     افبيلا دإيذين اوليه الله اونتوق برفراغ ، لاهيرله دكالغن فارا صحابة فراسـأن تاكوت اونتوق برفراغ  ملاوان كافر مشـركين ، مريك تاكوت كفدا اورغ مشـركين لبيه دري الله تعالى، مريك مغهارف سموك دتغكوهكن فراشـتهاران فراغ كفدا ماس2 يغ  ترتنتو .  فرمان الله عز وجل :
"  ألم ترالى الذين قيل لهم كفوا أيديكم وأقيموا الصلاة ،  وآتوا الزكاة ، فلما كتب عليهم القتال اذا فريق منهم يخشـون الناس كخشـية الله أو أشـد خشـية "  سـورة النساء : 78.
     اينله طبيعة كبايقكن مأنوسـيا يغ فغجوت ، يغ ايمانث تيفيس، بيلا دجوبا، لاهير له حقيقة يغ سـبنرث. دري اوجين اكن دافت مغتهوي سـياف يغ بتول2 برايمان كفدا الله دان يقين دغن فمبالسـن دهاري أخيرة .
 فرمان الله سـبحانه وتعالى : "  أحسـب الناس أن يتركوا أن يقولوا آمنا  وهم لا يفتنون ، ولقد فتنا الذين من قبلهم فليعلمن الله الذين صدقوا وليعلمن الكاذبين " سـورة العنكبوت : 2-3  .
أخير كات سـموكا دغن رسـاله اين اكن ممبري فأيده كفد مسـلم يغبرايمان كفدا الله دان رسـولث ، كران اورغ يغبرايمان بيلا دبري فرايغاتن مريك اكن سـدر دان انصاف ،  ترأوتامث فارا علماء ، تؤكورو ، اسـتاذ / اسـتاذة دان فميمفين 2 اوكام دسـلوروه فطاني .
     دهارف كفدا مريك اين، جاغن جادي سـفرت اورغ2  يغ سـغكوف منجوال اية 2 القرآن دان حديث رسـول الله صلى الله عليه وسـلم اونتوق كفنتيغن 2 ترتنتو، مغيكوت نفسـو دان كفنتيغن ديري . كران اين اداله فندرهاكأن ترهادف الله تعالى دان رسـولث.
     قال الله عز وجل : "  إشـترو بآيات الله ثمنا قليلا فصدوا عن سـبيله إنهم سـاء ما كانوا يعملون "  سـورة التوبة : 9
    وقال الله تعالى : " ياأيها الذين أمنوااتقوا الله وقولوا قولا سـديدا " سـورة الاحزاب : 80
      عن معاذ بن جبل رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "إنّكم على بيّنة من ربكم مالم تظهر فيكم سكرتان ، سكرة الجهل وسكرة حب العيش، وأنتم تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتجاهدون في سبيل الله ، فإذا ظهر فيكم حب الدنيا فلا تأمرون بالمعروف ولا تنهون عن المنكر ولا تجاهدون في سبيل الله، القائلون يومئذ بالكتاب والسنة كالسابقين الأولين من المهاجرين والأنصار". أخرجه البزار .
والســـــلام 
Hadis Jihad


Jumaat, 12 November 2010

25 Oktober 2004: Sejarah Pahit Bagi Takbai Dikenang

25 Oktober 2004: Sejarah Pahit Bagi Takbai Dikenang 
Dari: PMRAM
Kisah derita ummah semakin menekan dan meruntun jiwa umat Islam yang bersaudara. Pelbagai rentetan terhadap kebiadapan mereka yang tidak senang dengan Islam. Isu Palestin yang tiada kesudahan, cacamerba di Afghanistan dan Iraq lantaran kerakusan AS menginjak ISLAM.
Mereka seolah-olah ‘singa yang kehausan darah umat’. Hari ini, kita mengimbas kembali episod derita ummah di Selatan Thailand yang majoritinya mereka adalah saudara seIslam kita. Ianya bagi menyedarkan ummah bahawa terdapat sejarah pahit bagi penganut Islam di Thailand yang perlu diketahui dan diingati selain ulang tahun memperingati Kejatuhan Empayar Islam di Turki. Sejarah dan peristiwa ini bagi meningkatkan sensitivit ummah akan nasib umat Islam di tempat lain.


25 Okt 2010 genap 6 tahun Tahun Sejarah Hitam yang mengejutkan seluruh umat Islam tentang peristiwa pembunuhan beramai-ramai secara kejam di Tak Bai rentetan ketidakadilan yang dirasakan seluruh umat Islam yang menyebabkan kerap berlakunya pertikaian dengan tentera pemerintah. Muncul peristiwa Tak Bai yang sangat menjadi perhatian umat Islam kerana pemberontakan dan penindasan terhadap penduduk yang majoritinya Islam sangat mengerikan dan melampau.

Peristiwa hitam yang berlaku pada 25 Oktober 2004 ketika bulan Ramadhan itu telah mengakibatkan kematian seramai 85 orang umat Islam setelah berlaku pertikaian di antara penunjuk perasaan di kalangan penduduk terhadap pasukan tentera Thailand.

Bermulanya perisitiwa pada hari Isnin, di hadapan balai polis di Daerah Tak Bai, Narathiwat, para penunjuk perasaan membuat demonstrasi terhadap penangkapan 6 orang warga Patani Muslim yang mana mereka adalah anggota Pertahanan Sipil (HANSIP) diantaranya termasuk empat orang ustaz yang ditahan atas tuduhan menyerahkan senjata kepada kelompok pejuang Patani. Mereka mengatakan senjata anggota HANSIP itu memang benar-benar telah dicuri. Menurut sumber, didapati 10 senjata telah dicuri dari HANSIP dan penjaga keamanan di Patani. Maka dengan itu, berlakulah proses mahkamah dalam menuntut keadilan terhadap 6 orang tahanan tersebut.

Penahanan tersebut terus mendapat bantahan dari sekitar 3,000 orang Islam yang kemudiannya mengadakan demonstrasi aman dan tunjuk perasaan di hadapan balai polis. Tindakan tersebut dilakukan berikutan dengan penindasan dan kekejaman yang mereka alami selama ini. Akan tetapi, perhimpunan yang pada mulanya mampu untuk dikawal berubah menjadi satu sejarah hitam bagi penduduk Tak Bai itu apabila pihak polis dan tentera mula bertindak kasar lalu menggunakan gas pemedih mata, meriam air serta melepaskan tembakan terhadap penduduk dan penunjuk perasaan. Hasil dari itu mengakibatkan 6 orang tahanan tadi mati kerana terkena tembakan.

Beratus penduduk tempatan yang kesemuanya beragama Islam diperlakukan seperti binatang diseksa, dipukul dengan senjata serta ditendang tanpa rasa belas kasihan. Mereka dipaksa merangkak di atas jalan dan dipaksa berkumpul tanpa baju, di atas tanah yang berlumpur dengan kawalan ketat tentera bersenjata. Darah yang mengalir dimerata-rata tempat tetap tidak dapat mengurangi kebengisan hati tentera pemerintah.

Kebencian umat Islam di Tak Bai mula memuncak berikutan kematian 85 orang penduduk penunjuk perasaan meninggal dunia akibat sesak nafas serta sekitar 1,300 orang telah ditangkap dan dibawa dengan trak dalam keadaan berlapar kerana puasa. Tangan diikat ke belakang dan mereka dicampakkan ke dalam trak dalam keadaan terbaring tindih-menindih hingga lima lapis. Trak pula ditutup dengan kain tebal yang kedap udara. Perjalanan mereka itu mengambil masa selama 5 jam untuk sampai ke Markas Komando Militer IV Wilayah Selatan.

Pada awalnya, angka mangsa yang terkorban dilaporkan hanya 6 orang.Kemudian meningkat dengan mendadak kepada 84 orang. Menurut penduduk tempatan jumlah mangsa yang terkorban sebenar melebihi daripada 100 orang. Statistik yang diberikan oleh seorang pemerhati bebas menjelaskan bahawa 1298 orang mengalami kecederaan, 6 orang yang meninggal dunia serta merta adalah 6 tahanan tersebut,78 orang mati di hospital dan 35 mayat ditemui terapung di Sungai Nara.

Tragedi Tak Bai ini boleh di ibaratkan seperti ‘pembunuhan beramai-ramai yang disengajakan (secara perlahan-lahan)’. Perdana Menteri Thailand ketika itu, Thaksin memberi sokongan penuh di atas tindakan tenteranya. Kenyataan beliau mengundang kemarahan seluruh Muslim kerana satu kenyataan yang begitu biadap dan penghinaan terhadap Islam secara terang-terangan. Katanya “..kesemua 85 orang yang mati akibat terlalu lemah setelah berpuasa bulan Ramadhan.”

Kejadian Tak Bai ini telah mencetuskan bantahan di seluruh dunia dan meningkatkan lagi keganasan di selatan Thailand. Rentetan dari peristiwa inilah, semakin banyak pembunuhan yang berlaku di Selatan Thailand ini. Salah satu nya berlaku pembunuhan terhadap seorang penjaga masjid Hidayatul Muslimin di Narathiwat, Imam Awing Karim ditembak ketika menaiki tangga masjid untuk melaungkan solat Jumaat. Ini menunjukkan keberaniannya tentera-tentera siam untuk melakukan penindasan terhadap umat Islam semakin meluas. 


 

Sumber : Unit Kemanusiaan Persekutuan Melayu Republik Arab Mesir (PMRAM)
 http://pmram.org/index.php?option=com_content&view=article&id=1235%3A25-oktober-2004-sejarah-pahit-bagi-tak-bai-dikenang&catid=8%3Aisu-semasa&Itemid=55

Sabtu, 6 November 2010

'Di Hilangkan' Tok Guru Haji Sulong Vs Tokoh HAM Somchai Neelaphaijit (Abu Bakar) Dengan Misteri (Sambungan Terakhir)

'Di Hilangkan' Tok Guru Haji Sulong Vs Tokoh HAM Somchai Neelaphaijit (Abu Bakar) Dengan Misteri (Sambungan Terakhir)
Dari: Patani Fakta Dan Opini

Where Is Somc hai???
Siapa Dalang Pembunuhannya???
Demikian kehilangan Somchai baru-baru ini, kasus kehilangan Somchai sebagai tokoh HAM pembela  Muslim. Mereka sebagai seorang pengacara Muslim yang banyak menangani case hak asasi manusia dan dinyatakan hilang, ternyata dibunuh oleh pejabat negara. Special teams pemerintah sedang menyidik case itu. Kelompok HAM menduga pengacara 52 tahun itu diculik dan dibunuh oleh pejabat polis. Sebab, Somcahi kerap protes atas penanganan masyarakat Muslim di selatan Thailand. Dia juga pernah menuduh polis menyiksa empat client nya yang dituduh anggota Jemaah Islamiyah selama di tahanan.

Somchai menghilang saat menjadi pengacara bagi 5 warga muslim di Thailand Selatan. Somchai mengajukan complain karena client nya mendapat penyiksaan selama dalam tahanan. Sebelum menghilang, Somchai mengaku kepada istrinya bahwa nyawanya dalam bahaya. Ada beberapa petugas yang terus membuntuti dirinya. Seorang saksi dalam persidangan mengaku melihat Somchai dipaksa masuk ke mobil di jalanan Kota Bangkok pada suatu malam.

Raibnya Somchai Neelaphaijit dan pengadilannya kemudian mengundang attention terhadap perlakuan Thailand terhadap hak asasi manusia. Barisan activist HAM bersikukuh menyatakan pengacara berusia 52 tahun itu diculik dan dibunuh, karena kecaman lantangnya terhadap cara apparatus keamanan menangani pergolakan di selatan.

Hasil diintervensi oleh KontraS (Comisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) dapat menjelaskan bahwa:

Tokoh HAM Somchai Neelaphaijit (Abu Bakar)
Pada 12 March 2004, Somchai Neelaphaijit (Abu Bakar), seorang pembela kelompok tertindas Muslim di Thailand. Sejak itu, keberadaannya tidak jelas lagi. Kemungkinan besar ia sudah mati, disiksa dan dihilangkan secara paksa.
Uniknya juga case diselesaikan dengan mengelar pengadilan setengah hati. Di Thailand, pengadilan mem-verdict Major Polis Ngern Tongsuk tiga tahun penjara sementara membebaskan 4 terdakwa lainnya. Pengadilan kasus ini juga gagal mengungkapkan kebenaran atas motif politik yang sebenarnya. Sementara Major Polis Ngern Tongsuk dihukum karena menghilangkan barang bukti dan menghalangi hukum (obstruction of law).

Pasca persidangan authority politik PM Thaksin Shinawatra mengaku kecewa dan terus bercommitment akan mencari dalang pelaku utamanya. Case ini juga ditangani oleh Department of Special Investigation yang tidak berada di bawah control Police Thailand. Meski mechanism spesial tersebut telah menemukan berbagai bukti, keterangan, dan informasi yang penting, namun investigation lanjutan tidak terlihat berjalan. Pernyataan pimpinan politik di negara Thai nampak hanya sebagai lip service dan gagal memberikan kebenaran yang authentic bagi keluarga korban dan public luas.

Kegagalan penanganan kasus ‘individual’ ini juga menandakan memudarnya sistem aturan hukum (rule of law) di dalam Negara Thailand. Tetapi juga kepada community Muslim di Thailan Selatan yang selama ini susceptible terhadap pelanggaran HAM. Kegagalan kasus Somchai justru akan semakin menghambat upaya damai dan reconciliation di wiliyah selatan Thailand yang dibeberapa tahun belakangan ini menjadi wilayah conflict yang intensive.[1]

Pada tahun 1998, PBB meng- adoption Declaration Pembela HAM. Dokumen ini mengakui bahwa problem-problem utama di dunia akan berakhir -khususnya di negeri-negeri dengan regime yang repressive yang kurang peduli terhadap aturan main dalam hukum- adalah kebutuhan untuk menyediakan perlindungan bagi orang-orang yang berjuang untuk HAM.
Pembela HAM di seluruh kawasan Asia saat ini mendapatkan resiko atas kehidupannya. Keputusan untuk membunuh pembela HAM dan perilaku pembunuhan dilakukan secara rahasia. Hukum, pengadilan dan organisasi sipil tidak dapat menghentikan pembunuhnya. Di banyak kasus, apparatus negara dan lembaga negara terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Pembunuhan terhadap setiap pembela HAM adalah upaya untuk membunuh gerakan HAM. Ini juga merupakan serangan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk menciptakan dan mempertinggi ketakutan. Dimana ketakutan hadir, ada banyak lebih kesempatan untuk pembunuhan selanjutnya, dan kesempatan yang lebih sedikit untuk memulihkannya. Ini merupakan method yang bertujuan untuk membisukan tidak hanya satu orang tetapi membisukan setiap orang.

Saat ini ketakutan yang intensive muncul di banyak negara bagian di Asia, dengan kasus “dihilangkan”, rakyat-rakyat muslim di Thailand Selatan telah banyak menjadi korban tertuduh kekerasan sebagai “Kambing Hitam”. Ini diciptakan oleh sejarah repression, dan serangkaian pembunuhan. Intimidation dan kekejaman adalah makanan sehari-hari dari kehidupan rakyat. Pembela HAM dan rakyat muslim Selatan Thai terus berhadapan dan mengatasi ketakutan, Intimidation dan kekejaman ini.

Angkhana Neelaphaijit
Angkhana Neelaphaijit adalah istri dari pengacara HAM Thailand, Somchai Neelaphaijit yang diculik oleh polis pada 12 March 2004. Pada saat itu, Somchai sedang membela klien-kliennya yang menuduh polis yang melakukan penyiksaan. Mayatnya tidak pernah ditemukan. Angkhana telah menjadi garis terdepan dari campaign untuk mendapatkan keadilan atas hilangnya Somchai. Pada Januari 2006, seorang petugas polis di-verdict 3 tahun penjara, namun dalang dan keseluruhan kejahatan tidak pernah di-identification. Ia telah mendapat ancaman mati karena ia melanjutkan kerjanya. Ia menemui pejabat PBB baik di Thailand maupun di luar negeri untuk mengejar case ini.

Pada hari perempuan internasional di tahun 2006, ia mendapat penghargaan dari Commission Thailand sebagai “seorang pembela HAM perempuan luar biasa”. Pada 11 Maret 2006, ia mendapat The 2nd Asian Human Rights Defender Award dari AHRC atas nama suaminya, yang juga mendapat pengakuan atas kerja Anghkhana sejak hilangnya suaminya 2 tahun lalu. Anghkhana saat ini menjadi inspiration dari sekian banyak orang-orang di Thailand, sebagaimana juga di tingkat internasional. Dalam melakukan kerjanya ia didukung oleh lima anaknya.  

Pada 30 Maret 2006 juga AHRC telah me-nomination-kan seorang istri pembela HAM yang luar biasa untuk menerima penghargaan ternama, Gwangju Prize for Human Rights tahun 2006, diberikan oleh May 18 Memorial Foundation, Korea.
Demikian kehilangan Somchai, Hakim Elizabeth Evatt, anggota International Commission of Jurists yang bermarkas di Jenewa, Swiis. Ia berharap case ini bisa segera dituntaskan. Sebelumnya, banyak kalangan yang khawatir case ini akan semakin memperparah aksi kekerasan di Thailand Selatan.
 
Bisa lihat maklumat lanjut mengenai Somchai di,
 http://campaigns.ahrchk.net/somchai/

[1] Sarawut Pratooras, Usman Hamid,  Suciwati, Rusdi, Marpaung, Mugiyanto, “Peringatan Dua Tahun Kasus Somchai Neelaphaijit, Negara Belum Menghargai Human Rights Defender”,  www.kontras.com, http://www.kontras.org/index.php?hal=siaran_pers&id=310


Angkhana Neelaphaijit (Isteri)
Siapa Dalang Pembunuhannya???


Sumbur:http://www.facebook.com/patani-fakta-dan-opini/di-hilangkan-tok-guru-haji-sulong-vs-tokoh-ham-somchai-neelaphaijit-abu-bakar-de/164888600201195

Rabu, 3 November 2010

Melayu Patani 400 Tahun Silam

Masji Keresik
Melayu Patani 400 Tahun Silam
Dari: Patani Fakta Dan Opini

Bagi sebagian umat, Patani (Selatan Thailand) mungkin hanya sebuah nostalgia negeri Melayu. Orang-orang yang memperhatikan peta Asia Tenggara sekarang akan mengetahui bahwa sebuah negeri Islam yang dulu berjaya kini telah hilang dan tinggal kenangan. Berbeda dengan nasib negeri lainnya seperti Bosnia, Kashmir, Chechnya atau Palestina yang tidak pernah sepi dari pemberitaan. Patani ditakdirkan telah menjadi sebuah negeri yang dilupakan orang, sepi dan tidak naik panggung. Namanya hanya terdapat pada peta dan dokumen lama saja.

Patani 400 Tahun Silam
Tidak pernah berfikir bagaimana bisa mengambarkan bentuk orang Melayu Patani pada zaman silam walaupun terdapat banyak buku-buku mengenai kehidupan orang Melayu Patani, sama ada yang berbahasa Melayu Malaysia atau Indonesia, bahasa Thai, Inggeris dan Perancis.

Masjid Teluk Manak
Dalam majalah Al-Islam Malaysia di tulis oleh Astora Jabat[1] menginvestigasi suatu koleksi ukiran pengembara terkenal Jerman ‘Theodore de Bry of Frankfurt’ yang mengambarkan sebuah ukiran mengenai adat orang Melayu Patani pada masa 400 tahun silam.
De Bry menghasilkan karya seninya di atas suatu jenis kepingan tembaga seketika mereka mengembara keseluruh penjuru dunia termasuk Patani pada abad ke-16. denga kesempatan ini De Bry bisa mengambarkan kehidupan orang Melayu Patani yang terukir dalam koleksi Petits Voyages (Perjalanan Kecil).

Terdapat salah satu antaranya ukiran itu, De Bry mengambarkan kedatangan orang Belanda ke Patani untuk membeli lada hitam dan lain-lain daripada Raja Patani. De Bry tidak menyebut nama raja tersebut, tetapi terdapat suatu ukiran yang lain De Bry dapat mengambarkan satu ukiran yang terdapat seorang raja berupakan perempuan. Raja Patani mengutus penasihatnya yang dikenal sebagai ‘sabander’ (syahbandar) untuk menyambut kedatangan orang Belanda dan mereka dibawa dengan dua ekor gajah ke tengah kota Patani. Rombongan Raja Patani yang menyambut kedatangan orang Belanda itu berpakaian jubah dan berserban, tetapi tidak bersepatu.

Antara ukiran yang berjudul Elephant hunting in Patani, De Bry mengambarkan orang Melayu Patani dalam penangkapan gajah hutan. Para penangkap gajah ada yang berpakaian jubah dan serban, ada yang berpakaian celana tanpa kaus tetapi berserban. Ada juga yang berpakaian hanya tutup kemaluan, punggung dan separuh paha.

Dalam ukiran yang berjudul A procession of the quenn of Pastsni De Bry mengambarkan seorang raja perempuan dengan mengunakan seragam dalam perjalanan bersama dengan pengawai keamanan, bala tentera, dan hambanya (lihat gambar). Manakala pengawai keamanan, bala tentera serta hamba baginda ada yang berpakaian jubah dan serban, ada yang memakai celana dan baju serta bertopi besi.

Dalam ukiran terakhir Be Bry yang berjudul The penaltyof adultery in Patini. Terdapat dalam ukiran ini dengan bisa mengambarkan bahwa orang melayu Patani sedang melaksakan pesta pernikahan, dan bagi mereka melakuan perzinaan dianggap haram dan dihukum bunuh bagi pihak tertuduh oleh keluarga mereka sendiri.



[1] Al-Islam, Desember 2004/Syawal 1425, KDN.P.P.2194/9/2005, Tahun Ke-13 Bil:372, hlm.16.

Sumbur: http://www.facebook.com/home.php?#!/note.php?note_id=160836013939787