Isnin, 28 Mac 2011

ANAK JANTAN DARI PATANI

ANAK JANTAN DARI PATANI
By : Imaduddin Bahy (Mr.JR) 

(Mr.JR) Hakikat seorang manusia adalah mereka dilahirkan dengan berbagai perasaan seperti, kasih sayang, kebencian, perasaan malu, perasaan marah, dan perasaan takut. Mr. JR sangat tertarik untuk menceritakn satu kisah tentang anak kecil di Patani yg baru berusia 7 tahun. Kenapa Mr. JR ingin menceritakan tentang anak ini adalah karena anak ini tidak normal atau tidak seperti kebiasaan anak-anak lain. Yang menjadikan anak ini tidak normal adalah karena dia dilahirkan tanpa rasa takut, atau mungkin rasa takutnya hilang setelah suatu peristiwa.
Sebelum berlakunya peristiwa bersejarah bagi orang Patani yaitu peristiwa di Ta’Bai yang telah memakan korban yang sangat ramai, umat melayu sebelum itu hidup dalam keadaan lalai. Orang Patani di kenali sebagai orang darah panas yaitu orang yang mudah marah jika keluarga mereka ‘disentuh’ dan juga berani. Inilah yang menjadi masalah bagi orang Patani pada zaman dahulu. Karena faktor inilah berlaku pembunuhan sesama melayu dimana-mana hanya karena alasan yang kecil contohnya, perebutan kawasan, untuk menunjukkan siapa lebih kuat, berselisih faham, dan ini semua karena sifat ‘Panas dalam’ itu tadi.

Pada suatu hari, terdengar bunyi tembakan di sebuah kampong di Narahtiwat. Lalu para warga kampong bergegas untuk melihatnya, ternyata Pok Loh yang tertembak dan langsung meninggal di tempat kejadian. salah seorang warga kampong bernama Sening yang sempat melihat kejadian itu berkata : ‘aku melihat Amat yang menembak dan dia lari ke arah hutan. Dan anak kepada si mati ini berusia tujuh tahun yang baru saja pulang dari sekolah, dia melihat orang yang sangat ramai dirumahnya. Lalu dia bertanya kepada bapa saudaranya yang duduk di tangga. ‘kenapa orang ramai di rumah kita ni Amin?’ Bapa saudaranya menjawab dengan suara yang ge,mentar dan agak kaku ‘bapamu telah meninggal!’ Tanpa sedikit suara pun dia lantas mengeluarkan air mata dan langsung berlari ke dalam rumah melihat mayat bapanya yg sedang dimandikan. Dia pun bertanya kepada orang yang sedang memandikan arwah bapanya ‘kenapa kepala ayah hancur begitu?’ Mereka pun menjawab ‘ayahmu ditembak’. ‘Siapa yang menembak’, balasnya lagi. Sudah lah, tak perlu kamu tahu, kamu masih kecil, bersabarlah’. ‘Ali cuma mau tahu’ jawabnya lagi. Pak Amat yang tembak’ kata mereka. Dia langsung mencium dahi bapanya yang masih berlumuran darah dan berkata ‘ayah tidurlah, Amin akan tembak dia pula untuk ayah’. Mereka yang mendengar Cuma menggelengkan kepala dan diam.

Setelah keesokan harinya dia pulang dari sekolah lansung masuk ke kamar ayahnya dan mengambil senapan ayahnya di atas almari. Karena kekuatan anak berusia 7 tahun ini belum mampu untuk mengangkat sebuah senapan, dia menarik senapan itu meleret ketanah hingga sampailah dia kerumah si pembunuh bapanya dan terus bersembunyi disebalik semak belukar. Dia mengangkat muncung senjatanya dan cagakkan kebuah pohon kecil yang berhadapan dengan pintu rumah si pembunuh bapanya itu tadi. Dari tengah hari hingga hamper tiba waktu maghrib dia menunggu akhirnya orang yang dinantinya pun keluar untuk ke mesjid. Tanpa berfikir panjang dia langsung membidik sasarannya dan menembak si pembunuh itu. Akhirnya hajatnya tercapai dan meninggallah Amat. Anak kecil pun pulang kerumah. Dalam perjalanan pulang dia singgah di rumah bapa saudaranya dan senanpan itu dia tinggalkan di tangga karena terlalu berat baginya untuk mengankat naik kerumah. Diapun  memberitahu bahwa dia telah membunuh Amat. Tapi bapa saudaranya langsung tidak mempercayai kata-kata anak itu. Tanpa banyak bicara dia pun pulang kerumah dan meletakkan senapan itu ke bawah tangga rumahnya. Dia mengabari berita itu pada ibu dan kakaknya. Mereka seolah-olah ragu untuk mempercayainya atau tidak. Sehinggalah keesokan harinya, bapa saudaranya datang kerumah dengan membawa berita kejadian. Barulah mereka semua terkejut dan langsung melihat senanpan ayahnya ternyata tiada di tempat.

Ini adalah kisah benar yang telah ditukar nama dan ditukar bentuk bahasanya. Kesimpulan dan pengajaran dari cerita ini adalah bahwa betapa nekad dan beraninya anak ini melakukan tindakan seperti itu demi membela haknya yaitu keluarganya. Memang cara yang diambilnya salah dan membabi buta tapi inilah sifat nan sikap si anak kecil, dan cobalah kita perhatikan disisi baiknya yaitu tanpa rasa takut dan nekad dia telah membela hak dan maruah keluarganya. Dari  Al-Qur’an surah Al-Hajj ayat ke 22. Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu’. Kita sebenarnya wajib membela hak kita dan jangan sesekali membenarkan mereka merampas kebebasan, harta, dan nyawa saudara-saudara kita yaitu kamu muslimin sekalian. Telah dinyatakan dalam Al-Qur’an surah An-Nisaa’ ayat 75 ‘Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (Membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!."

Jelaslah saudaraku sekalian bahwa siapa dan kenapa kita hidup di dunia ini.

Percayalah bahwa setiap bangsa perlukan pejuang

karena setiap kemenangan memerlukan pahlawan

Untuk sebuah cita dan kejayaan perlukan perjuangan
Demi sebuah keyakinan kilatan pedang diperlukan
Karena untuk agama selalu ada pembela.

Jeritan Rakyat 

Selasa, 22 Mac 2011

Ratu-Ratu Patani: Bermula di Pantai Ini

Ratu-Ratu Patani: Bermula di Pantai Ini


Saya dilahir di sebuah kampung nelayan di Patani, ya, sebuah perkampungan yang miskin, rata-rata kais pagi makan pagi termasuk keluarga saya(sebelum berhijrah ke Kelantan). Di depan rumah saya,dua tiga langkah, sudah terhampar bendang-bendang garam yang luas. Setiap kali musim membuat garam(musim panas), saya membayangkan halaman rumah saya itu timbunan salji tetapi mentari panas terik di kepala.Apa-apa kerja di kampung saya saat itu, semua tidak lepas dari garam;perempuan-perempuan berkerja memunggah garam berjalan deras di atas batas; peraih garam menunggu dan menimbang garam; laki-laki berkepul-kepul merokok di kedai kopi hasil duit garam--bercakap pasal garam, harga garam; dan kanak-kanak setiap petang menyepak bola di tepi bendang garam.

Di bendang garam inilah, saya berkhayal, saya melihat sebuah kerajaan besar dan kuat dibangun di tepi pantai ini yang terletak di celah sebuah lagun. Saya membayang seorang lelaki tua, duduk di atas batu merenung ke laut;

"Suatu ketika dahulu, di pantai ini, seorang lelaki tua berdiri di atas batu sambil tangan menggaru dagunya yang berjanggut panjang. Riak-riak ombak memercik ke kaki telanjang lelaki tua itu. Angin laut bertiup ke tubuh keringnya yang berbonggol tulang-temulang timbul.

Namun, lelaki tua ini tetap di atas batu memerhati ke arah laut bagai seekor burung helang yang mencerap dan merenung apa di depan matanya yang sedang mendekat. Kalau boleh lelaki tua ini mahu terbang, namun kakinya masih basah di atas batu. Dan mula terketar-ketar.
Anak-anak buahnya sabar menanti tangan lurus orang tua itu diangkat ke udara, tandanya serangan dimulai. Serang!! Begitulah Si Bulat pembantu kepada lelaki tua akan berteriak. Dan ia diikuti dengan laungan, 'Hu..hu..hu..hu' yang bergema di udara sepanjang pantai di celah-celah pohon bakau bagi menunjukkan mereka ramai. Sedangkan mereka tidak sampai seratus orang termasuk budak-budak. Setelah itu, para penyelam akan menyelam ke bawah perahu musuh dan menebuknya. Selepas itu barulah serangan berdepan akan dilakukan dengan kolek-kolek akan diluncur dari redup pohon bakau buat menghancurkan perahu musuh yang mereka sudah dilubangi.

Itu dulu, empat purnama lepas, mereka berjaya halang serangan orang laut tetapi kali ini mereka berdepan kapal musuh lebih besar. Bunyi kibaran layar sudah pun menggetarkan jiwa mereka mendengar.

Melihat keadaan ini Bomoh Boh iaitu seorang pawang telah mengusul kepada lelaki tua yang masih keras di atas batu, "Pada firasat hamba, kita mesti undur ke hutan cepat. Kita bukan lawan mereka. Kalau kita tidak lari kita akan mati."

Lelaki tua itu meletak jari telunjuk di bibirnya.


Bomoh Boh terasa terhina. Kali ini ia mesti menunjuk kuasa dan firasatnya adalah betul. "Siapa mahu mati bersama orang tua ini, sila ikut dia!"laung Bomoh Boh. "Siapa mahu hidup, sila ikut aku.Kita ke hutan. Kita akan selamat! Kita akan hidup!"Taring babi yang menjadi tangkal ditengkuknya dijilat-jilatnya.


"Mahu hidup,mahu hidup,mahu hidup." Kedengaran bersahutan. Bomoh Boh senyum puas. Namun, suara Si Bulat melawan, mahu lawan! Dan díikuti," Kita lawan! Kita lawan! Penakut boleh ke hutan!"

Bomoh Boh mengarah pengikutnya bersembunyi ke hutan. Hampir separuh mengikutinya."

Petikan di atas diambil dari fiksyen sejarah kerajaan Patani yang sedang saya tulis, berlatarkan kisah Patani zaman pemerintahan raja-raja perempuan, sebuah zaman kegemilangan Kerajaan Patani.

Selasa, 15 Mac 2011

Ulama Patani Sudah Kering Pena?

Ulama Patani Sudah Kering Pena? (Tidak suka menulis)


Suasana sudah jauh berbeza berbanding dahulu. Kini, berderet buku-buku agama berbahasa Thai menghiasi rak-rak. Dengan cover yang berwarna-warni dan ditambah pula judul yang menarik pasti memikat mata untuk memandang.

Semua ini boleh dilihat dibanyak kedai buku atau kedai kitab panggil penduduk tempatan di selatan Thai. Contohnya, kedai Mittraphap di Jalan Rudee, tengah-tengah bandar Pattani. Tandanya, masyarakat Islam terutama generasi baru mula senang mendampingi buku-buku agama menerusi bahasa Thai.
Kehadiran buku-buku seperti ini samaada terjemahan bahasa Arab mahupun terus dalam bahasa Thai sedikit sebanyak '' menenggelamkan'' kitab-kitab jawi atau kuning yang nampak kusam pada luarannya.

Mujur, keberkatan karangan-karangan ulama Pattani terdahulu atau dari wilayah nusantara lain telah membuatkan ia sentiasa sesuai sepanjang masa. Hingga kini banyak kitab tersebut masih ditelaah dan disyarah setiap masa sampai mencetak ramai alim ulama.

Penting sekali ditulis, pusaka peninggalan ulama Pattani ini sebenarnya antara faktor terkuat yang terus memberi nafas kepada kelangsungan Bahasa Melayu serta tulisan jawi sebagai wadah ilmu masyarakat. Disamping institusi pondok dan madrasah yang masih di hati masyarakat. Sekaligus menjadi penopang kepada jati diri yang sedang diasak dari Bangkok.

Kemunculan ulama penulis kitab Pattani telah menjadi Pattani masyhur sebagai pusat pendidikan agama Islam di Nusantara. Walaupun kebanyakan ulama tersebut bergiat di Tanah Hijjaz. Tetapi patah al-Fathani sentiasa lekat di hujung nama mereka yang merujuk kepada asal tempat menjadi ia semacam satu promosi untuk Pattani.

Populariti ulama penulis kitab Pattani tercermin pada kepelbagaian kitab yang ditulis seperti yang dikelaskan oleh Matherson Hooker (1988:35-36) iaitu;

i) Kitab ilmu fikah iaitu tentang jurispenden Islam, yang dalamnya dibahas masalah ibadat atau peraturan tentang ritual dan kewajipan agama, serta muamalat atau masalah perhukuman yang timbul dalam kehidupan perorangan dan masyarakat.
ii)Kitab tenang kalam iaitu tentang teologi Islam yang mengandungi usul ad-addin atau penjelasan tentang sumber-sumber agama (al-Quran,hadis,ijma', ijtihad), akidah atau karangan tentang sistem kepercayaan Islam, iktikad atau petunjuk tentang asas-asas keimanan, tauhid tau risalah tentang keesaan Tuhan, sifat atau masalah atribut-atribut Tuhan dan zat-Nya (sifat dua puluh). Karangan-karangan eskatologis tentang dunia baka dan nasib jiwa manusia dalamnya.
iii) Kitab tentang tasawuf atau mistikisme Islam.
iv) Tafsir-tafsir atau karangan tentang interprestasi al-Quran.
v) Kitab tentang tajwid atau kaedah bacaan al-Quran.
vi)Kitab tentang nahu atau tatabahasa Arab.


Dan juga ketinggian sastera di dalamnya yang setanding penulis-penulis kitab lain Nusantara.Mungkin unsur sastera yang terserap pada karangan mereka dapat mengindahkan lagi penyampaian ilmu.

Antara ulama penulis kitab yang terkenal adalah Syeikh Daud al Fathani, Tuan Minal,Sheikh Wan Ahmad Fathani,Syeikh Nik Mat Kecik Patani dan lain-lain lagi telah menyebarkan hasil karya mereka yang menjadi santapan rohani Dunia Melayu.

ModernisasiItu dulu. Sekarang kita tidak lagi mendengar akan karangan-karangan baharu ulama Pattani. Seolah-olah ulama Pattani telah kering penanya.Atau generasi baru Pattani tidak lagi berminat menulis dalam Bahasa Melayu?

Jika diteliti dari sudut sejarah, kehilangan tradisi penulisan kitab bermula setelah modernisasi yang dibawa barat ke dunia Islam yang berlatarkan sekularisme mengambil tempat. Pengaruh barat ini telah memberi kesan besar dalam tradisi ilmu Islam yang berlatarkan kitab. Juga, Bahasa Melayu sebagai bahasa ilmu di Nusantara sedikit-sedikit terhakis.

Malangnya, menjelang abad ke-20, taburan benih fikiran modernisasi, apolegetik ala Mohd. Abduh dari Mesir, al-Afghani, dan Rashid Redha mula mendapat pengaruh. Bentuk-bentuk kitab mulai menurun, bermula dengan perkembangan jurnalistik seperti akhbar dan majalah, isu-isu yang disarankan kaum muda dipelopori oleh Sheikh Mohd Tahir Jalaluddin al-Azhari dari Minangkabau(Siti Hajar Che Man,2001).

Seterusnya pendidikan ala moden mula bercambah. Perlahan-lahan menjauhkan kita dari tradisi keilmuan Islam yang tinggi itu. Kesannya institusi pondok mula dipinggirkan dan Pattani antara pusat keislaman serantau semakin ditinggalkan. Tambahan pula awal 1900 cengkaman kuasa Bangkok ke atas wilayah Melayu itu telah menidakkan Pattani sebuah wilayah berdaulat. Langsung menjadikan Pattani terpisah dari dunia Melayu secara geografikal. Dan Pattani kini lebih dikenal antara tempat bermasalah di peta dunia.

Maka, dengan sendirinya ulama Pattani pada masa itu dan kini semakin tercicir dari arus perdana Nusantara hingga sekarang. Begitu juga dengan hasil karangan mereka. Namun, sebenarnya ulama Pattani yang ada sekarang samaada memimpin pondok atau madrasah (lupakan soal pertentangan antara golongan tradisi dengan golongan muda yang masih meribut sampai hari ini) masih lagi menulis dan menyusun kitab atau risalah. Itupun untuk anak murid mereka sahaja yang tentunya hanya beredar di selatan Thai.

Percetakan
Jika dahulu hasil karya ulama Pattani dicetak di luar Pattani pada mulanya mengikut peringkat-peringkat. Menurut Hasan Mardman dalam bukunya, Pondok and Madrasah;

Most of the Kitab Jawi of the leading ulama of Patani were first printed either in Mecca or in Cairo, Egypt, not to mention those that were lithographed during the earlier times in Bombay or published in Constantinople. For the second stage of their history that printing is gradually moved to the printing press of Sulayman Mar'i in Singapore. At the third stage, printing is moved again, this time to Maktabat wa- Matba'at Dar al-Maaarif, Penang, Malaysia. Here, the major religious book written by the ulama of Patani are continuously reprinted by the Dar al- Maarif and distributed in Malaysia and Thailand.


Namun, karangan baru dalam Bahasa Melayu yang dicetak di Pattani sangat jarang dilakukan. Syarikat percetakan hanya berminat untuk menerbit kitab-kitab ulama terdahulu yang masih mendapat permintaan tinggi di Nusantara. Pattani Press misalnya banyak menumpu kepada percetakan kad-kad jemputan. Jarang-jarang sekali mereka menerbit kitab baru. Mungkin nilai komersil diambil kira dalam hal ini.Sedang minat pembaca menurun terhadap gaya penulisan kitab.

Tetapi kewujudan sistem madrasah di Pattani yang terpengaruh dari hasil pemikiran Kaum Muda dan seterusnya melahir ramai lulusan agama terutama dari pusat pengajian moden di Malaysia atau di Indonesia juga masih lagi gagal mewujudkan gelombang karya penulis-penulis Pattani dalam Bahasa Melayu di Pattani seterusnya dapat disebar di Alam Melayu dalam pelbagai genre. Dalam hal ini beberapa faktor menghadang.

Penting sekali, walaupun berpendidikan di Malaysia atau Indonesia penguasaan Bahasa Melayu mereka masih rendah. Jelas, kekakuan terhadap Bahasa Melayu dapat dirasai. Hakikat ini dapat dilihat pada kemarau kosa kata, sampai perkataan bahasa Thai terpaksa digunakan untuk menerangkan sebarang permasalahan termasuklah dalam syarahan kitab kuning di masjid atau di mana-mana pun di Pattani.Jika ini yang dihadapi bagaimana mereka hendak menulis dalam Bahasa Melayu tinggi.

Disamping itu, ejaan rumi yang rasmi diamal sekarang di Dunia Melayu dilihat membantut mereka dari berkarya dalam Bahasa Melayu dan juga memisahkan mereka dari persuratan Melayu moden. Begitu juga dengan ketiadaan badan di Pattani yang dapat menggalak, mengetengah dan mempromosikan hasil karya penulis Pattani.

Pun begitu, beberapa buku sejarah dan sosio-politik Pattani hadir di Malaysia hasil kerja penulis asal Pattani. Buku Sejarah Kesultanan Melayu Patani oleh Ibrahim Sukri yang tidak dikenali muncul di saat Pattani hampir tdak dikenali sebuah kesultanan. Ahmad Fathy begitu juga, yang banyak merakam sejarah dan biografi ulama dan mutakhir oleh beberapa ahli akademik di institusi pengajian tinggi Thailand yang menulis samaada buku atau makalah tentang Pattani seperti Hasan Mardman, Yusuf Chapakia, Nureeyan Saleh dan Worawit Baru.

Melihat kepada realiti Pattani hari ini, rasanya lambat lagi untuk mendapat dan membaca novel islamik yang bertulis jawi. Atau itu hanya sebuah impian yang tidak akan kesampaian.

*Rencana ini pernah dimuat dalam majalah Milenia Muslim edisi Februari 2009.
 
Gambar Syeikh Daud Al-fathani
Furu’ Al-Masa’il merupakan sebuah karya terjemahan dari kitab asal yang ditulis oleh ulama’ nusantara terkenal Syeikh Daud al-Fathani yang disampaikan dalam bentuk soal jawab menyentuh soal-soal syariat yang merangkumi aspek-aspek ibadat, munakahat, muamalat dan jinayat. Menurut Datuk Hassan Din, penyusun semula buku ini, “saya lebih berminat untuk terus melayari lembaran kitab Furu‘ Almasa’il setiap kali saya berhadapan dengan masalah fiqah. Akhirnya dengan kehendak Allah jua, terdetik persoalan di hati saya, kenapa kitab yang seindah itu, disimpan hanya untuk menjadi tatapan dan rujukan golongan tertentu sahaja. Alangkah baiknya sekiranya kitab yang bermutu seperti itu dapat dimanfaatkan oleh generasi masa kini. Khazanah ilmu yang terkandung di dalamnya dapat dikongsi dan ditatap bersama. Akhirnya, timbullah keinginan saya untuk menyusun semula kitab tersebut dengan gaya bahasa masa kini untuk memudahkan generasi hari ini membaca dan memahaminya, khususnya bagi mereka yang dahagakan ilmu.”






Khamis, 10 Mac 2011

KENAPA BERJUANG DAN UNTUK SIAPA KEMERDEKAAN?! (Patani Darussalam)

KENAPA BERJUANG DAN UNTUK SIAPA KEMERDEKAAN?! (Patani Darussalam)
By : Imaduddin Bahi (Mr.JR)

(Mr.JR) Dengan nama Allah yang maha pengasih dan Maha Penyayang yang telah menganugerahkan tanah, keluarga, dan agama pada ummat manusia sebagai bahan ujian demi mencapai syurga. Selawat dan salam senantiasa kami utuskan kepada Nabi Muhammad SAW si penghulu para Mujahideen. Doa dan jiwa raga kami sentiasa pada ummat Islam yang terjajah di seluruh pelusuk dunia khususnya di Patani Darussalam (Selatan Thailand).

Berkata As-syahid Al-Imam Hassan Al-Banna: Sesungguhnya ramai yang mampu berkata-kata dan sedikit dari mereka yang bertahan dalam beramal dan bekerja. Ramai pula dari yang sedikit itu yang mampu bertahan di waktu beramal dan sedikit dari mereka yang mampu memikul bebanan jihad yang sukar dan berat. Para Mujahidin itu adalah angkatan terpilih yang sedikit bilangannya tetapi menjadi penolong dan menjadi Ansarullah. Adakalanya mereka tersilap tetapi akhirnya menepati tujuan sekiranya mereka diberi Inayah dan Hidayah oleh Allah.

Sesuai dengan kata As-syahid Al-Imam Hassan Al-Banna, kita dapat menilai bahwa bukan semua orang yang berkesanggupan menanggung beban jihad yang berat ini. Oleh karena itulah terdapat ramai golongan di Patani. Antaranya adalah ; 1. Golongan pejuang, 2. Golongan simpati, 3. Golongan pemerhati, 4. Golongan penentang. Kesemua 4 golongan ini terdiri dari orang melayu sendiri. Persoalannya adalah mengapa terpecah menjadi banyak golongan dan bukan hanya 1 golongan sahaja yaitu golongan Islam. Ini karena tahap keyakinan, pengetahuan dan keimanan itu berbeza-beza.

Terjajah 226 tahun adalah suatu jangka masa yang sangat lama, begitulah juga jangka masa perjuangan yang tercetus. Ini menunjukkan bahwa azam para pejuang Patani tidak pernah terhenti malah semakin menguat dan berkesinambungan. Persoalan kedua adalah kenapa mereka berjuang?! Jawabannya adalah, ada bumi yang terjajah pasti ada yang membebas, ada yang dizalimi pasti ada yang menegak keadilan, ada yang di bunuh pasti ada yang menuntut bela. Begitu lah islam mengajarkan pada kita sesuai dengan ayat Al-Qur’an "Sesungguhna kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mahu menerima petunjuk" (Al-Qashash:56) dan "Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam" (Al-Ankabut:6). Jihad adalah suatu ketetapan untuk umat manusia agar sempurna imannya.

Jika di tanya, “untuk siapa kemerdekaan?”. Di dalam benak fikiran kita pasti ada jawabannya dan mungkin jawabannya berbeza-beza. Kemerdekaan itu pada umumnya adalah hanya untuk rakyat sesuai dengan tujuan utama islam yaitu menabur kesejahteraan di seluruh pelusuk dunia.

Kemerekaan dikatakan untuk rakyat adalah karena untuk membela nasib-nasib rakyat yang selama ini di permainkan dengan remeh. Antaranya adalah faktor pendidikan. Kita semua psti sadar bahwa berapa banyakkah rakyat Patani yang mencapai tahap pendidikan tinggi. Rakyat Patani yang berjaya melanjutkan pelajaran hingga ke universiti hanyalah 3%. Bayangkanlah bagaimana nasib 97% lagi yang pada awalnya masuk sekolah rendah atau sekolah tingkat dasar. Di dalam 3% yang berjaya masuk ke universiti pula ibarat meniti di atas pagar. Ini karena pemrintah sangat tidak suka pada anak melayu yang lulus universiti. Buktinya 1% dari mereka jadi bahan buruan, di penjara, dan di bunuh atas tuduhan yang tidak berasas.

Antara faktor lain adalah ekonomi. Contoh yang sangat dekat dengan kita adalah harga turun naiknya getah/karet sewenang-wenangnya di tentukan oleh mereka. Kadang-kadang para pengusaha getah/karet terpaksa menahan lapar dan menjual alatan rumah untuk mengisi perut mereka akibat dari harga getah/karet yang murah.
Faktor politik dan pemrintahan pula contohnya para pejabat tinggi di 3 wilayah. Memang orang melayu yang memegang jawatan itu tapi segala urusan yang penting dan berkaitan dengan nasib dan ketentuan rakkyat semuanya di tentukan oleh pusat. Mereka hanya disuruh mengikut perintah dan disuruh agar tidak usah mempedulikan urusan pemrintahan dan cukup bagi mereka hanya makan gaji besar dan berwisata. Jika ada pemerintah yang berkeras untuk memerintah dan membela nasib rakyat melayu Patani pasti dengan segera akan di turunkan dari jabatan atau dengan cara yang lebih kejam lagi di bunuh.

Belum cukupkah bukti di atas untuk menunjukkan perjuangan melayu patani bukanlah atas dasar kepentingan peribadi tapi perjuangan itu semata-mata untuk membela nasib rakyat. Pertanyaan besarnya adalah mengapa masih terpisah menjadi 4 golongan yaitu si pejuang, si simpati, si pemerhati dan si penentang??!! Si simpati ini adalah mereka yang tidak langsung berjuang tapi turut mendukung jalan perjuangan. Si pemrhati pula adalah mereka yang tidak tahu menahu kenapa dan untuk apa perjuangan ini dan mereka juga tidak tahu yang mana benar dan mana yang salah, mereka cukup mengatakan ‘tidak peduli’. Dan yang paling menyedihkan adalah mereka yang menentang atau dalam bahasa kasar adalah ‘anjing siam’. Mereka ini menentang jalan perjuangan karena kepentingan peribadi. Mereka ini mengkhianati  rakyat dan sanggup menuduh siapa saja di kalangan rakyat hanya demi mendapatkan sedikit uang dan harta benda. Mereka melakukan untuk kesenangan di dunia dan langsung tidak memikirkan akibatnya di akhirat sesuai dengan janji Allah, "Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk(munafik) dengan yang baik (mu'min). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendakiNya di antara rasul-rasulNya. Kerana itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar" (Ali-'Imran:179).

"Allah berfirman:'Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mu'jizat-mu'jizat); sesungguhnya Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan)," (Asy-Syu'araa':15).


Jumaat, 4 Mac 2011

‘’Orang Tua Mu Bercerita’’

‘’Orang Tua Mu Bercerita’’
By: Patani Fakta Dan Opini
Zaman berzaman kita menderita.
Ditindas oleh manusia durjana.
Dibunuh berbagai-bagai cara
Dengan tak payah bicara

Tahun Sembilan Belas Empat Puluh
Ibu bapa mu di suruh
Pakai seluar buangkan sarung
Jangan berkopiah jangan berkelubung

Nama-nama di tukar Bahasa di musnah
Kepada berhala disuruh sembah
Sireh pinang disuruh tebang
Kerana tanda orang-orang terkebelakang

Tahun Sembilan Belas Empat Puluh Tujuh
Orang-orang ‘Beluka Semok’ dituduh
Harta mereka di musnah
Rumah mereka di bakar berpuluh buah

Bulan April Empat Puluh Lapan
Di ‘Dusun Nyo’ berlaku bertempuran
Beberapa rakyat dikorbankan
Termasuk kanak-kanak dan perampuan

Sebulan kemuadian ‘Kamnan Mat’ kena tangkap
Beliau di perbuat dengan sagat biadap
Beliau di bunuh oleh sedadu
Dengan tak ke mahkamah terlebih dahulu

Tiga Belas Ogos Lima Puluh Empat
Haji Sulong dan rakan-rakannya berempat
Dibunuh ditasik Senggora
Dengan tak berkubur tak berpusara

Tiga Belas March Lima Puluh Enam
Mayat Haji Abdul Somat di tanam
Beliau ditembak pada malam dua belas
Dengan peluru enam das

Tiga Belas Disember Tujuh Puluh Lima
Tiga belas syahid berpuluh cedera
Dibom waktu malam hujan
Mereka tembak orang sedang Azan

Berapa lelaki yang mati
Tapi mereka buat tak mengerti
Yang kita tuntut tak dipeduli
Mereka kata kita hendak Merdekakan Fathoni

Hai..!! mereka terlaupau khawatir
Mereka sangka yang kita tak pernah fikir
Kita cuma Tuntut Keadilan
Mereka saja kira yang bukan-bukan...

Kutipan tulisan ini dari buku dalam tulisan Jawi pada Judul ‘Patani Dahulu dan Sekarang’, Karangan Oleh Ayah Bangnara, Diterjemahkan dalam Bahasa Patani Oleh Ayah Patani dan Ayah Jala, Cetakan Pertama Zulqi’dah 1397 bersamaan Oktober 1977 Oleh Final Penyelidikan Angkatan al-Fathoni.

Selasa, 1 Mac 2011

Aparat Keamanan Mengeledah Desa, Seorang Liputan Media

Aparat Keamanan Mengeledah Desa, Seorang Liputan Media
By Patani Fakta Dan Opini

Aparat Keamana mengeledah di desa Nada, Rueso wilayah Narathiwat.
Setelah membuat pengeledah beberapa rumah pada desa tersebut, aparat keamanan tidak menemukan sebarang bukti dan sinyal jaringan ilegal atau senjata. Namun itu, aparat keamanan juga mengeledah rumah seorang petugas liputan media bebas serta diambil DNA dari seorang petugas lipulatan jurnal itu.

Pada 22 Febuary 2011 jam 13.00 waktu tempatan, Aparat keamanan memasuki desa dan membuat pengeledahan pada setiap rumah-rumah di desa Nada, kabupaten Rueso, provinsi Narathiwat. Untuk mencari mangsa yang dicurigai oleh pihak kamanan.

Pada masa yang sama itu aparat keamanan membuat pengeledahan dari rumah seorang relawan petugas liputan media bebas (media independent), mereka salah seorang jurnal pada Jaringan Peace Media (Southern Peace Media: SPM. Tetapi tidak menemukan senjata atau tersangka yang dicari.

Muhammad Fauzi adalah relawan sebuah penerbit jurnal dari Jaringan Peace Media di Selatan (Southern Peace Media SPM) mengatakan:

“Sebab rumahnya di geledah oleh aparat karena pada masa itu kerabat keluarga mereka keluar dari rumah penginapannya dan mengunci pintu di luar.

Kata lanjut Muhammad Fauzi, saya yang baru saja kembali dari bekerja dan sedang tidur dari dalam rumahnya. Sehingga mencurigakan oleh aparat, lalu mereka melakukan pengeledahan terhadap rumahnya. Pada masa itu saya sedang tidur, saya sangat terkejut dan kaget melihat petugas membawa pistol ke dalam rumah” tuturnya.

Muhammad Fauzi ditahan oleh pihak aparat keamanan.

“saya ditahan untuk beberapa waktu untuk di siasat. Di sudut itu ada pihak keamanan yang memerhati wajah saya dan melakukan siasatan keatas saya sampai setengah jam lebih. Lalu pihak keamanan bertanya kepada saya beberapa soalan, ditanya nama, asal, kerja apa, urusan apa, dan berkerja dengan organisai apa. Kemudian petugas keamanan mengambil kantong saya di sertai Laptop, kamera video dan banyak lagi.

Kemudian juga membawa saya menbuat pemeriksaan forensik. Saya merasa seperti sebagai tersangka yang dicurigakan oleh pihak petugas”, ujarnya.

Menurut penduduk di desa Nada:

“Penduduk desa tidak menyenang atas tindakan yang dilakukan oleh pihak aparat keaman. Pihak keamanan mengeledah
pada setiap rumah penduduk kampung. Terdapat beberapa rumah tanpa pemilik yang berada di rumahnya, pihak aparat mengambil gunting dan memotong kunci serta mendobrak pintu. Tindakan ini sangat menakutkan penduduk desa” tuturnya Muhammad Fauzi
UU darurat yang dibuat ternyata tak menyelesaikan masalah di sana. Undang-undang darurat resmi diberlakukan di semua provinsi di Thailand Selatan, termasuk tiga provinsi yang didominasi kaum Muslim: Narathiwat, Pattani, dan Yala. Sayangnya Undang-undanga darurat ini bukan bertujuan melindungi kaum Muslim di sana. Sebaliknya, memberikan kekuasaan kepada pihak aparat keamana untuk berbuat apa saja.

Penduduk kampung di bahgian selatan berada pada posisi yang lemah. Pemerintah Thailand memang dikenal tak begitu ramah dengan umat Islam. Selama penggeledahan, aparat melarang media untuk mengambil gambar atau meliput kegiatan tersebut. Ini membuat pers merasa khawatir jika pada penggeledahan berikutnya mereka tetap tak boleh meliput.

Sumber asal dari:
http://www.bungarayanews.com/news/view_news.php?id=556
Relawan Jaringan “Peace Media Southern thailand” sebagai sebuah badan organisasi masyarakat sipil di provinsi selatan. Yang yang menyediakan sebuah website: http://www.southernpeacemedia.tv/